Lorem Ipsum Dolor .......

Lorem ipsum lorem ipsum lorem ipsum lorem ipsum.......

Time i5 Sword

Apa yang sudah kita lakukan hari ini, kemarin, seminggu yang lalu dan tahun yang lalu tidak akan mungkin terulang lagi. Waktu yang sudah berlalu tidak mungkin kita lewati untuk kedua kalinya. Indahnya masa kecil dan masa muda yang pernah kita rasakan tidak akan kembali lagi. Begitu berartinya waktu sehingga berbagai negara mempunyai ungkapan tersendiri untuk penghargaan terhadap waktu. Orang Arab mengatakan waktu itu ibarat pedang, jika kita tidak memakainya dengan baik dan benar maka ia akan memotong dirimu. Orang Inggris menyatakan time is money dan orang Indonesia sendiri menyatakan sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna.

Allah SWT bersumpah mengenai pentingnya waktu pada permulaan beberapa surah Makkiyah dalam Al-Quran. Misalnya, surah An-Asr yang artinya,“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Orang yang tidak mengerti pentingnya waktu
pada suatu saat pasti akan tahu dan mengerti harga sebuah waktu dan nilai dari suatu pekerjaan. Namun, kadang penyesalan itu datang terlambat dan tidak ada lagi manfaat tinggal omong kosong semata. Keadaan orang yang demikian jelas tergambar dalam Al-Quran . Bila sebuah daerah maupun negara menganggap Tsunami, Banjir, Angin Puting Beliung, dan Lumpur Lapindo adalah sebuah bencana, maka bagi seorang individu bencana adalah menyia-nyiakan waktu. Adapun bentuk-bentuk menyia-nyiakan waktu antara lain kelalaian dan suka menunda sesuatu.
Semua peristiwa yang terjadi di sekitar kita harus dianggap sebagai pembelanjaran untuk masa mendatang. Mendapatkan nilai jelek, meninggalkan sholat, meninggalkan puasa, bergaul bebas, hendaknya menjadi pembelanjaran di masa mendatang. Jika hanya menjadi sebuah peristiwa yang sudah terjadi dan berlalu begitu saja tanpa kita ambil pelajaran berharga di dalamnya, maka kita termasuk orang yang lalai. Kita mengetahui berbagai ilmu tetapi tidak dipelajari dan diamalkan, bahkan hanya kita anggap sebagai wacana semata pun termasuk juga kelalaian. Datang ke majlis ilmu / sekolah hanya sekadar datang, duduk, pulang pun merupakan kelalaian, jika tidak kita pelajari lagi dan kita amalkan ilmunya.
Dalam surat Al- Araf ayat 179 Allah berfirman: “Dan sesungguhnya kami jadikan isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Alllah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Selain kelalaian, bencana yang menimpa individu adalah selalu menunda pekerjaan. Kata nanti selalu menjadi alasan klasik yang tidak berujung pangkal, sehingga mengucapkan kata nanti sudah menjadi kebiasaan, ciri khas dan prinsip hidup. Kebiasaan tersebut kalau sudah melekat dalam jiwa maka akan susah untuk menanggalkannya. Jika tidak segera diberantas maka seiring perjalanan waktu kita akan merasakan betapa banyak kerugian yang kita dapatkan.
Seorang pelajar ketika diberi tugas oleh gurunya, ia tidak segera menyelesaikannya, maka ketika
di sekolah ia harus menelan pil pahit yang ia lakukan sendiri. Seorang mahasiswa yang selalu menunda tugas akhir/skripsi maka droup out tengah mengancamnya. Begitu juga seorang muslim yang melakukan kesalahan tidak segera bertaubat ,maka dosa-dosanya akan bertambah terus dan semakin menumpuk. Apabila hal tersebut dibiarkan hingga kematian menghampirinya, maka neraka telah siap menghadangnya.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang mukmin itu apabila berbuat dosa akan ada di dalam
hatinya bintik hitam, seandainya ia bertaubat, menanggalkannya dan memohon ampunan akan hilang bintik hitamnya, dan apabila ia menambah niscaya akan bertambah, sehingga akan menutup hatinya. Itulah sebenarnya penutup yang disebutkan oleh Allah dalam kitabNya. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”
(H.R. Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah).

Menurut DR. Yusuf Al-Qardhawi waktu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Cepat berlalunya.
Waktu yang telah kita lalui tidak terasa oleh diri kita.Ketika menginjak usia kepala empat tidak kita sadari banyaknya perubahan di sekitar kita, rasanya baru kemarin kita berusia 17 tahun.
Jika banyak orang beranggapan bahwa hari-hari gembira itu berlalu begitu cepat dan hari-hari sedih berlalu begitu lamban, itu hanyalah perasaan seseorang saja bukan keadaan yang sebenarnya. Apabila akhir dari umur adalah kematian, maka panjang pendeknya usia tiada perbedaan.
2. Waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali dan tidak dapat diganti.
Semua yang kita lakukan setiap hari berlalu dan setiap jam lewat atau setiap kesempatan jalan, tidak mungkin akan kembali atau dapat digantikan. Para penyair yang telah lanjut usia menuangkan apa yang ia rasakan dalam puisi yang dibuatnya,
Seseorang hanyalah pengendara di atas pundak umurnya.
Berkelana mengikuti hari dan bulan
Ia lalui siang dan malam harinya
Semakin jauh dari kehidupan.
Semakin dekat dengan kuburan.
Seorang penyair terkenal di Indonesia dan karya-karyanya selalu dijadikan objek pembelanjaran, Charil Anwar, di ujung kematianya yang masih teramat muda (dua puluh tujuh tahun) menginginkan umurnya diperpanjang seperti yang ia tuliskan dalam puisi yang berjudul AKU.
Aku
Kalau sampai waktuku
Kumau takkan seorangkan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap menerjang….menerkam
Luka dan bisa kubawa berlari…berlari
Hingga
Aku tak peduli
Aku mau hidup
Seribu tahun lagi
3. Waktu adalah hal yang termahal yang dimiliki oleh manusia.
Dikarenakan waktu itu berlalu dengan cepat dan tidak akan kembali bahkan tidak akan ada gantinya, maka waktu adalah harta yang paling mahal dan berharga yang dimiliki manusia.Jika harta kita hilang, kita masih bisa mencarinya lagi. Namun, jika waktu telah berlalu ke mana kita cari? Waktu bukanlah berharga emas permata, bukanlah segala bentuk berlian, namun waktu adalah “Kehidupan, kata Hasan AL-Banna. Bukankah kehidupan seseorang itu adalah waktu yang dipergunakan dari semenjak ia hidup hingga meninggal.
Begitu banyaknya penekanan-penekanan untuk menghargai waktu, maka perlu kita pahami dan renungkan bahwa waktu yang disediakan oleh Allah SWT bagi kita hanyalah selama kita hidup di dunia saja. Ada yang bisa mencapai usia 100 tahun, 80 tahun, 60 tahun bahkan banyak yang kurang dari 50 tahun. Rata-rata usia bangsa Indonesia di bawah 60 tahun. Aktivitas yang kita lakukan jika diatur mulai usia 7 tahun maka katakanlah usia kita 55 tahun. Kurang lebih sepertiga dari hari-hari kita digunakan untuk tidur atau beristirahat . Jadi, sekitar 18 tahun aktivitas kita berkurang untuk mengistirahatkan organ-organ tubuh yang telah capai. Sisanya, yaitu 37 tahun kita gunakan untuk beraktivitas sesuai dengan keinginan dan keadaan kita.
Sebagai manusia yang tidak ingin menyesal di kemudian hari, maka kita harus pandai-pandai memanajemen waktu. Misalnya saja kita sebagai pelajar SMA maka kita hitung saja untuk belajar 8 jam untuk beristirahat dan lain-lain 3 jam untuk tidur 7 jam, semuanya 18 jam. Kita mempunyai sisa waktu 6 jam setiap hari. Tentu saja ini masih ditambah dengan waktu hari Jumat dan hari Ahad yang bila kita hitung jumlahnya setiap Ahad menjadi cukup banyak dan dapat kita manfaatkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna.
Bila waktu senggang kita biarkan berlalu, ada kemungkinan hal tersebut akan menjadi gaya hidup dan mendorong kita melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang berguna, atau bahkan yang sifatnya negatif dan akan mendatangkan penyakit malas atau bosan. Hal ini akan dapat mengakibatkan memperlemah semangat kita sebagai hamba Allah untuk senantiasa belajar dan bekerja keras.
Kelalaian-kelalaian mengatur waktu seperti ini sudah bukan rahasia umum lagi dan jika dibiarkan terus menerus maka akan mengganggu kehidupan kita bahkan akan merusak masa depan seseorang. Oleh karena itu mulai saat ini marilah kita mengubah gaya hidup kita dan mulai lebih menghargai waktu dengan cara memanajemen dengan baik apa yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada kita.
Lihatlah orang-orang di sekitar kita, tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai kesuksesan adalah orang –orang yang sangat menghargai waktu dan berdisiplin menggunakan waktu. Dengan kecermatan membagi waktu, akhirnya mereka bisa menikmati hasil jerih payah mereka baik berupa finansial maupun kebutuhan rohani. Mereka mungkin saja sebagai bintang kelas, dokter, ilmuwan, pengusaha, politikus, ulama yang betul-betul menyadari betapa berharganya waktu meskipun hanya sedetik.
Sebagai seorang muslim kita mempunyai kewajiban terhadap waktu yang telah diberikan oleh Allah SWT. Kewajiban-kewajiban itu antara lain:
1. Menjaga manfaat waktu
Waktu yang telah diamanatkan kepada kita hendaknya kita jaga sebagaimana kita menjaga harta benda kita, bahkan harus lebih dari itu. Manfaatkan waktu untuk kepentingan diri serta untuk kebaikan orang lain / umat dalam mencapai kehidupan baik spiritual maupun materil.
2. Tidak menyia-nyiakan waktu
Melakukan aktivitas yang tidak membawa manfaat berarti kita telah menyia-nyiakan waktu, misalnya yang banyak terjadi dalam lingkungan pelajar bermain game/ PS, menggosip. Hal ini akan membuang waktu percuma, maka selayaknya harus kita hindari. Apa yang mereka lakukan sering membuat lupa mengingat Allah, lupa menunaikan shalat, serta lupa kewajiban-kewajiban agama dan keluarga. Ketika diingatkan dengan santai mereka menjawab,” Ini hanya sekedar refresing belaka.” Mereka tidak tahu bahwa dengan demikian, mereka sebenarnya telah menyia-nyiakan diri mereka sendiri.
3. Mengisi kekosongan
Dari ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: Dua nikmat Allah yang tertipu oleh kebanyakan manusia ; nikmat sehat dan nikmat waktu luang.
Dalam Hadis lain Rasulullah juga bersabda: “Pergunakanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara yang lain: kehidupan sebelum datang kematianmu, kesehatan sebelum datang penyakitmu, kekosonganmu sebelum datang kesibukanmu, masa muda sebelum datang masa tuamu, kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu.”
Waktu yang kosong tidak akan berlalu begitu saja, tiap-tiap orang mempunyai cara tersendiri dalam mengisi kekosongan tersebut. Kebaikan dan keburukan akan senantiasa mengiringi dan menjadi pilihan setiap orang. Barangsiapa yang berjiwa lemah maka waktu luangnya akan terisi dengan kebatilan-kebatilan yang akhirnya menyengsarakan diri sendiri.Bagi para pemuda waktu luang bisa menimbulkan angan-angan kotor yang penuh nafsu syahwat atau mimpi-mimpi yang menggairahkan yang berakibat buruk bagi kehidupan dunia dan akherat. Namun, berbahagialah orang yang selalu menggunakan waktu luang dengan kebaikan dan kebenaran, hidupnya terasa damai dan tentram.
4. Berlomba-lomba dalam kebaikan
Orang mukmin yang mengerti akan nilai dan pentingnya waktu, maka akan selalu mengerjakan dan berlomba-lamba menuju kebaikan baik untuk kehidupan dunia maupun akherat. Mereka tidak ingin menunda-nunda kewajiban hari ini ke hari yang lain, dengan alasan malas atau berat hati.
Himbauan Allah SWT kepada manusia agar selalu berlomba-lomba dalam kebaikan, sebagaimana firmanNya:
“Dan bagi tiap-tiap sesuatu umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadaNya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada Allah pasti akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).”(Al-Baqoroh:148).
5 Belajar dari perjalanan waktu yang dialami
Apa yang terjadi di sekitar kita seiring perjalanan waktu bisa kita ambil banyak pelajaran.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih berantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”.(Ali-Imron:19).
Suatu keharusan bagi orang mukmin untuk mengambil pelajaran dari pergantian siang dan malam.Dalam pergantian malam dan siang terjadi berjuta-juta kejadian yang bisa kita ambil pelajaran. Proses kelahiran dari bayi menjadi anak-anak kemudian menjadi pemuda dan akhirnya menjadi tua lalu meninngal. Gugurnya daun yang tidak terhitung setiap harinya, kemudian berganti dengan tunas-tunas baru. Antara kegembiraan dan kesedihan yang datang silih berganti selama masih ada kehidupan.
6. Keharusan menengok masa lalu, perhatian terhadap masa depan dan masa kini
Mempelajari sejarah masa lalu berarti mengambil pelajaran dari kejadian yang telah menimpa kita atau orang lain. Pelajaran tersebut bisa menjadi tolak ukur ketika akan melakukan aktivitas agar tidak terjadi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya dan membuat kita lebih berhati-hati dalam bertindak. Amirul Mukminin, Umar bin Khattab menganjurkan,”Evaluasilah diri Anda sebelum Anda dievaluasi oleh Allah, dan timbang-timbanglah amal kebajikan Anda sebelum ditimbang Allah.”Beliau sendiri, bila malam telah gelap gulita, segera mencuci kakinya dan bertanya pada dirinya,” Apa yang telah saya kerjakan pada hari ini?”
Jika kita ingin mengevaluasi diri sendiri, waktu yang paling tepat ketika kita hendak tidur. Apa yang telah saya perbuat? Mengapa saya bisa berbuat demikian? Bagaimana caranya agar perbuatan itu tidak terulang?
Konsentrasi pada masa depan adalah dasar pokok agama. Hal ini harus betul-betul kita pikirkan. Apalah kesenangan dunia bila berakhir menyakitkan di kobaran api neraka? Sesungguhnya tujuan utama dari agama adalah mempersiapkan manusia menuju kehidupan abadi di masa mendatang, pada surga yang penuh dengan kebahagiaan.Tujuan pokok yang ingin kita gapai tersebut bukan berarti harus melalaikan masa depan di dunia.Kita pun juga harus merencanakan sesuatu untuk hari esok, menyiapkan segala sesuatu untuk diri kita / keluarga agar tidak mengalami kesengsaraan dunia. Antara kehidupan dunia dan akherat minimal harus berimbang.
Di dalam Al-Quran surah Al-Hasyr ayat 18 Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.”
Sedangkan memperhatikan masa kini berarti menggunakan waktu sekarang untuk bekerja demi memperjuangkan hidup di dunia sebelum hilang dan berlalu. Mempersiapkan bekal untuk esok hari dan kehidupan akherat nanti.”Apabila hari akhir sedang berlangsung sedang di tangan seseorang dari kamu masih ada pohon yang akan ditanam maka seandainya ia masih sempat menanamnya, hendaklah ia tanam.”(Al-hadis).
7. Memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang Istimewa
Allah melebihkan sebagian orang atas sebagian yang lainnya, sebagian malam atas sebagian malam lainnya dan melebihkan waktu atas sebagian yang lain. Kelebihan-kelebihan itu antara lain: shalat tahajud, sholat Jumat, bulan Ramadhan, sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan, bulan Rajab, Dzulkaidah, Dzulhijjah sebagai bulan haram.
Sebagai seorang muslim yang tidak ingin menyesal di kemudian hari, maka kita harus pandai-pandai menata waktu. Bagaimana cara mengatur waktu dengan baik? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengatur waktu selama kita masih diberi nyawa oleh Yang Kuasa agar kita nanti tidak menyesal yaitu:
1. Buatlah jadwal kegiatan kita sehari-hari selama 24 jam.
Jadwal tersebut lebih baik kita tulis dan kita tempelkan di tempat yang selalu terlihat sehingga ketika ada yang terlupa, mudah untuk mengingatnya kembali.
2. Koreksilah semua kegiatan yang telah kita lakukan selama satu hari penuh.
Jika kita selalu mengoreksi apa yang telah kita lakukan dalam satu hari maka akan kita ketahui kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat maupun yang kurang bermanfaat. Hal ini akan membuat kita lebih selektif lagi dalam melakukan segala aktivitas dan meminimalkan aktu yang terbuang percuma.
3. Jangan pernah melewatkan waktu berlalu begitu saja.
Usahakan kemanapun Anda pergi bawalah sesuatu yang nantinya bisa mengisi waktu kosang ketika kita bepergian. Misalnya, ketika kita antre membayar pajak, menunggu anak les/ sekolah, menunggu bus, menunggu ustadz mengisi pengajian. Sesuatu tersebut lebih baik adalah buku, namun tidak tertutup kemungkinan jika kita hobi menulis atau juga hobi memotret, kegiatan tersebut bisa saja kita lakukan, siapa tahu bisa mendapatkan keuntungan finansial dan menambah uang belanja kita.
4. Jangan pernah menunda pekerjaan.
Ada seorang pembesar, mengundang seorang laki-laki yang saleh untuk menghadiri acara makan bersama. Ia berhalangan tidak dapat menghadiri acara tersebut karena berpuasa. Serta merta pembesar itu berkata, “Makanlah hari ini dan berpuasalah esok hari!”Dengan tegas orang ya ng saleh itu mengatakan, “ Apakah engkau menjamin saya akan hidup hingga esok?
Kematian adalah sebuah rahasia Ilahi yang kedatanganya tidak bisa kita prediksi. Banyak sebab kematian, namun mati itu pasti akan menghampiri kita. Sayang sekali jika apa yang kita tunda adalah urusan akherat maka sangat berbahaya sekali.
Seorang penyair merangkai untaian puisi tentang menunda pekerjaan.
Tak kan kutunda pekerjaan hari ini
Hingga esok hari
Sungguh esok adalah
Hari bagi para pemalas
Akhirnya sebagai seorang muslim yang ingin berbahagia hidup di dunia atau akherat, dan selalu dijaga oleh Allah maka kita hendaknya selalu berdoa :
“Allahumma innii a’uudzubika minalhammi wal huzni wa a’uudzubika minal ‘ajli wal kasali.
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kesengsaraan dan kesedihan dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan.”

0 komentar:

Posting Komentar